Mata Serigala Shinta
Oleh : Andi Rafidah
Judul buku : Pesta Hujan di Mata Shinta
Pengarang : Iqbal Baraas
Penyunting : Indrian Koto
Penerbit : Frame Publishing
Tahun Terbit : 2008
Dimensi Buku : 13,1 x 19,6 x 0,6 cm
Jumlah Halaman : 138 halaman
ISBN : 978 – 979 – 16849 –
7 – 2
Realita kehidupan
manusia selalu berkaitan dengan drama peristiwa yang tak ada habisnya.
Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan sesuai dengan keinginan setiap
individu. Kadangkala manusia dihadapkan pada suatu permasalahan yang pelik dan
rumit sehingga terkadang seperti kisah negeri dongeng modern tanpa batas yang
kisahnya bisa membuat orang simpati, menangis, atau bahkan emosi karena cerita
harunya. Permasalahan tersebut harus
diselesaikan dengan cara apapun, meski kadang membuat seseorang menjadi gila
karenanya. Itulah yang kira – kira ingin disampaikan
Iqbal Baraas melalui karya kumpulan cerpennya yang berjudul Pesta Hujan di Mata
Shinta. Berbagai tema diangkatnya, mulai dari percintaan, romantika kehidupan
orang kecil, hingga masalah – masalah personal, seperti masalah dalam rumah
tangga.
Di dalam buku ini penulis tidak
bercerita tentang kemegahan maupun kekayaan berlimpah yang kadang kisahnya
sudah bisa ditebak. Tapi Iqbal Baraas
lebih memilih untuk mengangkat kehidupan manusia yang sebenarnya, kehidupan
manusia yang penuh perjuangan untuk mendapat kemakmuran dan kesejahteraan yang
riil. Melalui buku kumpulan cerpennya ini, Iqbal ingin mengajak pembaca
menyelami realita kehidupan manusia yang sesungguhnya sehingga bisa mendapatkan
hikmah atau pelajaran yang bisa dipetik dari cerita tersebut.
Ilustrasi cover atau sampul buku ini
berbeda dari sampul buku kumpulan cerpen seperti pada umumnya. Sampul buku ini menggambarkan kehidupan rakyat kecil yang
dilukiskan melalui wayang jawa. Sampul buku kumpulan cerpen ini memiliki sebuah makna yang tidak semua orang memahami maknanya
sehingga melalui sampul buku pembaca bisa dibuat penasaran dengan isi
ceritanya. Gaya bahasa yang digunakan masih banyak menggunakan kata bermakna
konotasi sehingga cerpen yang bercerita tentang hal – hal ringan dan akrab
dengan kehidupan menjadi sulit dimengerti inti dari cerita tersebut. Mungkinkah
tatapan mata bisa meludahi dan mencaci maki seseorang? (hlm.129). Akan tetapi,
Iqbal juga menyelipkan kata – kata Jawa Timur-an untuk melakukan pendekatan
pada peristiwa sehari – hari, seperti pada kalimat “mbulet ya, Mak ?” , “Ndak
usah mbulet dan ndak usah mumet. Ndak usah dipikirin dalem – dalem …” (hlm.16).
Dilihat dari pilihan kata, Iqbal
Baraas termasuk penulis yang berani mengambil berbagai pilihan kata dalam
cerpennya.
Judul sampul atau cover
buku kumpulan cerpen ini adalah Pesta Hujan di Mata Shinta yang diambil dari
salah satu judul cerpen di dalamnya. Penulis mengangkat judul ini karena cerita
ini lebih menarik karena konflik yang dipaparkan lebih jelas yaitu tentang
kebencian seorang anak gadis bernama Shinta kepada setiap lelaki, terutama pada
sang ayah. Hal ini terjadi karena ajaran sang ibu yang telah dikhianati mungkin
bisa jadi oleh setiap lelaki hingga kehidupannya berubah miris. Selain itu
ungkapan cerpen ini lugas dan langsung, tanpa basa – basi.
Gaya
bercerita Iqbal Baraas yang mengalir apa adanya yang memadukan realitas dengan
aliran absurdisme, yaitu aliran yang didasarkan pada kepercayaan bahwa usaha
manusia untuk mencari arti kehidupan akan berakhir dengan kegagalan dan bahwa
kecenderungan manusia untuk melakukan hal itu sebagai sesuatu yang absurd.
Sebenarnya buku ini bisa dibaca oleh
semua kalangan karena banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah – kisah
yang disajikan di dalamnya. Tapi karena pilihan kata yang tergolong rumit, tak
teratur, dan banyak mengandung makna – makna konotasi atau kiasan, buku ini
terasa berat untuk dibaca kalangan anak – anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar