Minggu, 04 November 2012

Tugas Resensi Kumpulan Cerpen Pesta Hujan di Mata Shinta



Mata Serigala Shinta
Oleh : Andi Rafidah

cover buku_0002.jpg

Judul buku                 : Pesta Hujan di Mata Shinta
Pengarang                   : Iqbal Baraas
Penyunting                  : Indrian Koto
Penerbit                       : Frame Publishing
Tahun Terbit                : 2008
Dimensi Buku             : 13,1 x 19,6 x 0,6 cm
Jumlah Halaman          : 138 halaman
ISBN                           : 978 – 979 – 16849 – 7 – 2

           

Realita kehidupan manusia selalu berkaitan dengan drama peristiwa yang tak ada habisnya. Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan sesuai dengan keinginan setiap individu. Kadangkala manusia dihadapkan pada suatu permasalahan yang pelik dan rumit sehingga terkadang seperti kisah negeri dongeng modern tanpa batas yang kisahnya bisa membuat orang simpati, menangis, atau bahkan emosi karena cerita harunya. Permasalahan tersebut harus diselesaikan dengan cara apapun, meski kadang membuat seseorang menjadi gila karenanya. Itulah yang kira – kira ingin disampaikan Iqbal Baraas melalui karya kumpulan cerpennya yang berjudul Pesta Hujan di Mata Shinta. Berbagai tema diangkatnya, mulai dari percintaan, romantika kehidupan orang kecil, hingga masalah – masalah personal, seperti masalah dalam rumah tangga.
            Di dalam buku ini penulis tidak bercerita tentang kemegahan maupun kekayaan berlimpah yang kadang kisahnya sudah bisa ditebak. Tapi Iqbal  Baraas lebih memilih untuk mengangkat kehidupan manusia yang sebenarnya, kehidupan manusia yang penuh perjuangan untuk mendapat kemakmuran dan kesejahteraan yang riil. Melalui buku kumpulan cerpennya ini, Iqbal ingin mengajak pembaca menyelami realita kehidupan manusia yang sesungguhnya sehingga bisa mendapatkan hikmah atau pelajaran yang bisa dipetik dari cerita tersebut.
            Ilustrasi cover atau sampul buku ini berbeda dari sampul buku kumpulan cerpen seperti pada umumnya. Sampul buku ini menggambarkan kehidupan rakyat kecil yang dilukiskan melalui wayang jawa. Sampul buku kumpulan cerpen ini memiliki sebuah makna yang tidak semua orang memahami maknanya sehingga melalui sampul buku pembaca bisa dibuat penasaran dengan isi ceritanya. Gaya bahasa yang digunakan masih banyak menggunakan kata bermakna konotasi sehingga cerpen yang bercerita tentang hal – hal ringan dan akrab dengan kehidupan menjadi sulit dimengerti inti dari cerita tersebut. Mungkinkah tatapan mata bisa meludahi dan mencaci maki seseorang? (hlm.129). Akan tetapi, Iqbal juga menyelipkan kata – kata Jawa Timur-an untuk melakukan pendekatan pada peristiwa sehari – hari, seperti pada kalimat “mbulet ya, Mak ?” , “Ndak usah mbulet dan ndak usah mumet. Ndak usah dipikirin dalem – dalem …” (hlm.16). Dilihat dari pilihan kata, Iqbal Baraas termasuk penulis yang berani mengambil berbagai pilihan kata dalam cerpennya.
            Judul sampul atau cover buku kumpulan cerpen ini adalah Pesta Hujan di Mata Shinta yang diambil dari salah satu judul cerpen di dalamnya. Penulis mengangkat judul ini karena cerita ini lebih menarik karena konflik yang dipaparkan lebih jelas yaitu tentang kebencian seorang anak gadis bernama Shinta kepada setiap lelaki, terutama pada sang ayah. Hal ini terjadi karena ajaran sang ibu yang telah dikhianati mungkin bisa jadi oleh setiap lelaki hingga kehidupannya berubah miris. Selain itu ungkapan cerpen ini lugas dan langsung, tanpa basa – basi.
            Gaya bercerita Iqbal Baraas yang mengalir apa adanya yang memadukan realitas dengan aliran absurdisme, yaitu aliran yang didasarkan pada kepercayaan bahwa usaha manusia untuk mencari arti kehidupan akan berakhir dengan kegagalan dan bahwa kecenderungan manusia untuk melakukan hal itu sebagai sesuatu yang absurd.
            Sebenarnya buku ini bisa dibaca oleh semua kalangan karena banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah – kisah yang disajikan di dalamnya. Tapi karena pilihan kata yang tergolong rumit, tak teratur, dan banyak mengandung makna – makna konotasi atau kiasan, buku ini terasa berat untuk dibaca kalangan anak – anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar