Kamis, 15 November 2012

Cerpen Remaja


Menunggu itu Menyakitkan tapi Indah
Oleh : Andi Rafidah


1.jpegLangit terlihat mendung, kelas – kelas dan koridor SMA Putih Abu – Abu sudah mulai kosong. Anak – anak basket tidak melanjutkan permainannya karena cuaca yang mulai tidak bersahabat. Di dekat gerbang sekolah, berdiri seorang gadis unyu yang terlihat resah dan gelisah serta gunda gulana. Sesekali ia melihat jam di smartphonenya. Orang yang ditunggunya masih belum datang.
            “Duh … kemana sih ayank aku? Lama banget.“ kata Lyna, si gadis unyu berponi sambil berkaca di cermin kecil yang selalu dibawanya. “Apa aku ke rumah Ryca aja ya?“
            Suara ringtone ponsel bordering, bukan dari smartphonenya tapi dari handphone androidnya. Kan Lyna kemana – mana selalu membawa lima handphone. Tiga handphone memiliki fitur dual sim card, sehingga ia mempunyai 8 nomor aktif meskipun jarang ada yang meneleponnya selain keluarga dan Bima, pacarnya. Ternyata yang menelepon Ryca. Dia meminta Lyna untuk segera ke rumahnya, tapi Lyna menolak karena ingin menunggu Bima menjemputnya.
            Brrrrruuuuuummmm ….. Bruuuuuummmmm ….
            Suara motor datang dari kejauhan, Lyna langsung tersadar dari lamunannya.
            “Oh … akhirnya ayank my darling my love datang juga …“ Lyna kegirangan melihat motor beat merah dari kejauhan, meski ia belum tahu siapa yang dibalik helm biru itu. Tetapi, Lyna langsung cemberut ketika motor itu mendekat.
            “ Ojek neng ?” sapa tukang ojek yang biasa mangkal di dekat sekolah Lyna.
            “Gak!” jawab Lyna jutek.
            “Bentar lagi ujan loh neng. Kalo kehujanan nanti basah, kalau basah jadi kedinginan. Kalo kedinginan butuh kehangatan. Neng mau diangetin? Kalau mau anget, ya neng peluk aja knalpot motor yang panas. Hahahaha ….” Goda tukang ojek itu.
            “Idih .. abang ojek centil !!!! jangan – jangan abang penculik ya? Pura – pura ngojek buat nyulik gadis – gadis SMA yang unyu kayak aku?”
            “Eh sembarangan. Ini Cuma pekerjaan sampingan saya.” Tepis abang tukang ojek.
1.jpeg            “Lha terus pekerjaan utamanya apa?” Tanya Lyna penasaran.
            “Saya kondektur kereta api, neng ! Haha…”  Teriak tukang ojek sambil berlalu meninggalkan Lyna. Lyna semakin sebal.
            Akhirnya setelah 2 jam lama menunggu, datang lagi motor beat merah dengan nopol P 0899 Zn, itulah motor Bima.
            “Maaf ya Lyna kamu udah nunggu lama ya? Abis aku tadi nganter Fandy pulang dulu karena dia tadi pusing. Buruan yuk Lyn, keburu ujan nih ! yuk, cepetan naik!” cerocos Bima.
            Bima pun langsung melajukan motornya. Dia tidak menyadari bahwa Lyna belum naik ke jok di belakangnya. Sementara itu, Lyna terbengong melihat Bima jauh meninggalkannya.
            “BBIIIIIMMMAAA …!!!” teriak Lyna mengejar Bima, sementara itu Bima terus ngomong sendiri di motornya. Lalu, hujan pun turun dengan deras. Lyna menangis di bawah guyuran hujan yang membasahi tubunhya.
            Malam harinya, di sebuah kamar bercat hijau terlihat tissue berserakan di lantai. Di atas kasur dengan sprei bermotif personil SUJU Lyna terisak – isak sambil nonton acara kesukaannya, OVJ. Di sampingnya, 2 Blackberry, 2 Android, dan sebuah smartphone bordering bergantian. Lyna menghiraukannya. Setelah acara TVnya selesai, barulah Lyna mengangkat salah satu telponnya.
            “Halo, Lyna? Maafin aku ya? Udahan ya marahnya? Aku kira kamu tadi udah naik. Aku juga baru sadar kamu gak ada pas di tengah jalan. Aku ajak ngobrol, kamu diem terus. Pas aku liat ke belakang kamu gak ada. Pas aku mau balik lagi keburu ujan, ya udah aku berteduh dulu daripada sakit.” Bima langsung nyerocos.
            “Aku … nunggu kamu berjam – jam .. aku sampe nolak tawaran tukang ojek demi nunggu kamu, Bim…” Jawab Lyna terisak – isak.
            “Iya Lyn … sorry!” Bima meminta maaf.
            “Kamu benar – benar tega. Kamu takut hujan! Kamu berteduh pas hujan, tapi aku … nangis kehujanan sambil nungguin kamu balik lagi.” Lyna marah.
1.jpeg            “Aku tahu aku salah dan kamu berhak marah sama aku. Tapi, ada satu hal yang aku tanyain sama kamu dan kamu harus jawab dengan jujur, tadi kamu pulang dianter siapa?” Tanya Bima.
            Lyna terdiam dan terus menangis.
            “Dianter siapa?” desak Bima.
            “Tukang ojek!” jawab Lyna, lalu Lyna menutup telponnya.
            Sebenarnya saat Lyna menangis kehujanan, mobil Yugo berhenti dan Yugo langsung menyuruh Lyna masuk ke mobilnya. Yugo mengkhawatirkan keadaan Lyna. Lalu, Yugo memberikan jaketnya pada Lyna yang kedinginan. Sampai di rumah Lyna, Yugo segera pamit pulang pada mama Lyna.
            Saat ini, di atas kasurnya, Lyna masih memakai jaket Yugo yang tulus ada disampingnya jika Bima tak ada untuknya. Lyna menangis merasa bersalah karena telah membohongi Bima.
            Lyna sendiri tidak tahu jika saat ini Bima sangat kecewa pada Lyna karena tahu Lyna berbohong. Bima tahu kalau Lyna pulang diantar Yugo, bukan tukang ojek. Karena, Bima langsung menuju rumah Lyna begitu tahu kalau Lyna tidak ada di depan gerbang sekolah.
            Malam ini, ada 3 remaja yang galau segalau – galaunya menghabiskan waktu di kamar mereka masing – masing seolah menunggu hujan berhenti menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar